Monday, 23 May 2011

Bisakah Terapi Kebencian Menyembuhkan Gay?

gay

Gay atau laki-laki yang menyukai sesama jenis merupakan salah satu gangguan orientasi seksual. Bagaimana jika seorang gay mencoba untuk disembuhkan dengan terapi kebencian?

Michael Knight, seorang konsultan psikiater menerbitkan sebuah makalah tentang topik ini yang menuturkan bahwa perawatan biologis untuk homoseksual mulai mendominasi sekitar awal abad 20.

Seperti dikutip dari BBCNews, Kamis (12/8/2010) pada tahun 1950-an dan 1960-an, terapi perilaku digunakan untuk mencoba menyembuhkan laki-laki gay.

Laki-laki yang melakukan tindakan homoseksual akan diberi pengobatan seperti sengatan listrik, obat halusinasi dan juga teknik pencucian otak (brainwash). Bentuk yang paling umum dari pengobatan ini adalah terapi kebencian (aversion theraphy).

Orang-orang yang melakukan perawatan ini akan ditunjukkan gambar laki-laki telanjang, lalu diberikan serangkaian kejutan listrik atau obat-obatan yang bisa membuatnya muntah. Ketika orang tersebut sudah tidak tahan lagi, maka akan ditunjukkan gambar perempuan telanjang sebagai bantuan dari rasa sakit atau pada beberapa kasus diajak berkencan dengan perawat perempuan muda.

Teknik ini pernah dilakukan secara sukarela oleh seorang DJ bernama Peter Price yang melakukan terapi kebencian saat berusia 18 tahun setelah sang ibu mengetahui bahwa dirinya adalah gay.

Price mengungkapkan saat itu ia dimasukkan ke dalam sebuah ruangan berjendela seperti rumah sakit jiwa, di dalam ruangan tersebut ia harus mendengarkan rekaman audio yang berisi meremehkan homoseksualitasnya. Setelah itu ia diberi setumpuk buku yang berisi gambar laki-laki telanjang dan minuman bir.

"Kemudian saya disuntikkan sesuatu yang membuat saya sakit keras selama sekitar 1 jam dan meninggalkan saya diruang tersebut. Di dalam ruangan itu pula saya muntah dan mereka tidak memberikan saya wadah untuk itu," ungkapnya.

Price menuturkan ia pulang ke rumah dengan perasaan kotor, keji dan tidak bermoral. Sekitar dua bulan kemudian ia makin menyadari dan menerima bahwa dirinya adalah seorang gay tapi tetap tidak mampu menjadi heteroseksual.

Namun terapi ini terhenti sekitar tahun 1970-an, setelah banyak tekanan dari masyarakat yang meminta hak-hak atas gay dan dekriminalisasi homoseksual pada tahun 1967. Meskipun para pendukung terapi ini mengklaim bahwa tingkat keberhasilannya mencapai 70 persen, tapi ditemukan bahwa tidak ada efek yang jelas dari terapi ini.

Dr Glenn Smith dari Royal Free and Universal College Hospital mengungkapkan bahwa dari lusinan laki-laki gay yang melakukan terapi ini, tidak ada satupun yang berubah menjadi heteroseksual. Hingga kini masih menjadi perdebatan apakah homoseksual bisa diobati atau disembuhkan atau tidak.

0 comments:

Post a Comment