Monday, 30 January 2012

Suntik Botox Bisa Melumpuhkan Emosi

botox

Botox kerap digunakan untuk mencegah tanda-tanda penuaan seperti keriput di wajah. Tapi ternyata perawatan ini bisa menyebabkan kelumpuhan emosi seseorang.

Para pengguna botox seharusnya merasa prihatin, karena suntikan yang diberikan bisa melumpuhkan otot-otot wajah sehingga mengurangi kemampuan seseorang untuk menunjukkan emosinya.

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa orang yang disuntik dengan botox kemungkinan berakhir dengan kadar emosi yang kurang kuat, terutama di tempat-tempat dimana suntikan tersebut diberikan.

Peneliti dari Barnard College di New York City menemukan bahwa ekspresi wajah berperan dalam hal bagaimana emosi seseorang berkembang, dan tidak hanya berfungsi untuk memperlihatkan sesuatu seperti suasana hati pada orang lain saja.

Hasil penelitian ini menunjukkan ekspresi wajah seseorang bisa mempengaruhi pengalaman emosionalnya melalui cara seperti umpan balik. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa botox adalah sebuah racun yang tidak hanya melemahkan atau melumpuhkan otot, tapi juga menghilangkan emosi nyata dari orang tersebut.

"Dalam artian yang lebih besar, hal ini bisa memberikan kepercayaan umum seperti 'Palsukan sampai kamu berhasil'," ujar rekan penulis Joshua Davis, profesor psikolog dari Barnard College, seperti dikutip dari Health24, Senin (21/6/2010).

Prof Davis menambahkan dengan munculnya botox, seseorang bisa memberikan respons yang normal terhadap suatu peristuwa yang seharusnya memberikan emosional tinggi, misalnya sebuah adegan di film sedih.

Selain itu, kelumpuhan otot ini juga berkaitan dengan ekspresi dan perintah motorik untuk membuat ekspresi. Studi ini diterbitkan dalam edisi Juni dari jurnal Emotion.

"Seseorang akan memiliki gerakan yang kurang pada otot-otot wajah yang telah disuntikkan, sehingga umpan balik ke otak mengenai ekspresi wajah juga berkurang," ungkap Prof Davis.
Sunday, 29 January 2012

Demi Kesehatan, Matikan Lampu yang Sudah Kedap-kedip

lampu

Jika lampu di rumah sudah mulai kedap-kedip atau pertanda akan mati sebaiknya segera dimatikan atau diganti. Ini demi kesehatan Anda, karena lampu kedap-kedip berpotensi memancarkan radiasi sinar-X yang berbahaya bagi tubuh.

"Lampu kedap-kedip akan memancarkan tenaga yang lebih besar ketimbang lampu yang terus menyala. Ini juga berpotensi memancarkan radiasi sinar-X," ujar Dr Gede Bayu Suparta, peneliti dan pengajar di Jurusan Fisika Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, saat dihubungi detikHealth, Selasa (22/6/2010).

Menurut Dr Bayu, saat lampu berkedap-kedip maka terjadi peristiwa yang disebut Bremsstrahlung, yaitu istilah dalam bahasa Jerman yang berarti radiasi pengereman.

Pada saat lampu mulai menyala, elektron akan bergerak dengan kecepatan energi tinggi. Tapi pada kondisi lampu sudah akan mati, elektron tersebut akan direm secara tiba-tiba karena menumbuk atom logam (tembaga, cooper, besi, aluminium) yang ada di lampu.

Nah, ketika terjadi penumbukan atom logam inilah yang menyebabkan terjadinya pancaran sinar-X yang disebut dengan sinar-X Bremsstrahlung. Walaupun tenaga sinar-X yang dipancarkan tidak terlalu besar, tetap saja ini dapat berbahaya bagi kesehatan bila lama-lama dibiarkan.

Secara fisika, teori elektromagnetik mengatakan bahwa muatan listrik yang mengalami percepatan akan meradiasikan gelombang elektromagnetik, mulai dari tenaga yang paling kecil yaitu gelombang radio, infra merah, cahaya tampak, UV, sinar-X atau sinar gamma.

"Bila lampu masih bekerja dengan normal, maka elektron akan menumbuk gas neon yang serapannya lebih kecil. Karena tidak terjadi pengereman, maka energi yang dipancarkan pun rendah, sehingga yang dipancarkan adalah cahaya tampak atau yang terlihat sebagai lampu neon," ujar dosen yang juga ketua Grup Riset Fisika Citra (GRFC) Jurusan Fisika Fakultas MIPA UGM.

Energi dari cahaya tampak jelas lebih kecil dibandingkan dengan energi sinar-X, maka lampu kedap-kedip yang memancarkan sinar-X jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan lampu yang terus menyala dan memancarkan cahaya.

Meskipun paparan sinar-X bukanlah penyakit, tapi dampak yang ditimbulkan sangat besar karena bisa menurunkan kekebalan tubuh yang membuat seseorang jadi gampang terkena penyakit. Paparan sinar-X bahkan diduga bisa memicu risiko kanker dan membuat pertumbuhan janin terhambat.

Dr Bayu yang masih aktif di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UGM juga menyampaikan bahwa lampu berwarna ungu tidak boleh digunakan sebagai lampu belajar.

Ini karena cahaya tampak berwarna ungu yang memiliki panjang gelombang pendek, bahkan kadang hampir sama dengan panjang gelombang UV yang sangat membahayakan kesehatan.
Saturday, 28 January 2012

Kenapa Bisa Ikut Mual Saat Lihat Orang Muntah?

mual

Terkadang jika melihat orang lain muntah, secara spontan orang juga merasakan mual dan ikutan ingin muntah. Apakah ini menandakan kalau muntah itu menular?

Muntah adalah gejala dari kondisi tubuh yang tidak fit. Banyak penyakit yang ditandai dengan gejala muntah-muntah. Meski demikian muntah tidaklah menular, kondisi ini disebut dengan Sympathetic vomiting. Hal ini terjadi ketika melihat, mencium atau mendengar suara orang muntah menyebabkan orang lain menjadi mual dan ingin muntah.

Kejadian ini cukup umum terjadi di masyarakat dan beberapa ilmuwan telah menganggap bahwa hal ini adalah suatu sifat simpatik yang memang telah berkembang di dalam diri manusia.

Sympathetic vomiting mungkin akan tampak sebagai reaksi sederhana atas suatu pemandangan atau bau muntah yang tidak menyenangkan.

Selain itu bau yang ditimbulkan saat seseorang muntah secara luas dianggap sebagai bau paling buruk dan bisa menyebabkan orang didekatnya merasa mual.

Seperti dikutip dari UIMC.discoveryhospital.com, Selasa (22/6/2010) muntah itu sendiri bukanlah kondisi yang menular dan merupakan salah satu reaksi dari kondisi dalam tubuh. Namun jika muntah ini disebabkan oleh penyait infeksi, maka infeksi itulah yang bisa menular.

Meskipun hal ini mungkin hanya suatu reaksi terhadap aroma tak sedap, ada kemungkinan tubuh memiliki reaksi bawah sadar dengan kondisi di sekitarnya tersebut. Faktor lainnya adalah ada kemungkinan seseorang memiliki perut yang sensitif.

Beberapa ahli berpendapat bahwa dorongan untuk muntah bisa dikontrol dengan mengonsumsi makanan dan minuman tertentu serta mencoba untuk membuat tubuh rileks melalui tarik napas dan meditasi.

Jika seseorang merasa mual, cobalah untuk perlahan-lahan mengonsumsi minuman berkarbonasi, melangkah keluar untuk mendapatkan udara segar atau mengalihkan pikiran dengan aktivitas lain.

Satu hal yang pasti jangan langsung melakukan latihan atau berolahraga, karena beberapa jenis kondisi yang mengharuskan pengerahan tenaga bisa memicu mual.
Thursday, 26 January 2012

Kondisi Kesehatan yang Memicu Kecelakaan Lalu Lintas

kecelakaan

Beberapa kondisi kesehatan bisa memicu kecelakaan lalu litas. Mulai dari epilepsi yang diduga dialami pelaku penyerempetan terhadap peserta gerak jalan PDIP Minggu (20/6/2010) lalu, hingga masalah tulang dan persendian.

Penyerempetan terhadap peserta gerak jalan PDIP bukan satu-satunya kasus yang melibatkan pengemudi yang diduga punya masalah kesehatan. Misalnya pada beberapa kecelakaan yang pernah diberitakan, pengemudi mengalami serangan jantung dan meninggal di dalam mobil.

Oleh karenanya, penting untuk diketahui kondisi apa saja yang bisa membahayakan seorang pengemudi kendaraan bermotor. Berikut ini adalah beberapa di antaranya, dikutip dari Yourdrivinglicence dan RTA NSW, Senin (21/6/2010).

Arthritis
Masalah tulang dan persendian dapat menghambat aktivitas fisik selama berkendara. Mulai dari yang paling ringan seperti sekedar menoleh untuk melihat lalu lintas dari samping, hingga menekan pedal rem sambil membanting setir dalam kondisi darurat.

Gangguan penglihatan
Mata sehat merupakan salah satu komponen paling dibutuhkan saat berkendara. Tidak hanya untuk melihat lalu lintas dan berbagai rintangan di depan, melainkan juga untuk mengenali rambu-rambu lalu lintas sekalipun dari jarak yang cukup jauh. Mata seorang pengendara juga dituntut untuk bisa membedakan warna lampu lalu lintas.

Gangguan pendengaran
Saat berkendara, ketajaman telinga tak kalah pentingnya dari mata sebab ada beberapa isyarat bunyi yang harus dikenali saat berkendara. Di antaranya adalah peluit petugas, sirine kendaraan tertentu, serta klakson dari kendaraan lainnya.

Diabetes
Banyak pengidap diabetes bisa mengemudi dengan baik tanpa ada masalah, selama kondisinya tertangani dengan baik. Namun bagi pengidap diabetes yang tergantung insulin, lupa menyuntik menyuntik bisa memicu kolaps saat berkendara sehingga menyebabkan kecelakaan.

Kondisi neurologis
Salah satu kondisi neurologis (saraf) yang membahayakan seseorang saat mengemudi adalah epilepsi. Gangguan ini bisa kambuh sewaktu-waktu, dan menyebabkan kejang hingga kehilangan kesadaran. Beberapa negara memperbolehkan penderita epilepsi untuk mengemudi dengan beberapa kententuan khusus, misalnya tidak pernah kambuh dalam periode tertentu.

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular)
Gangguan seperti takikardi (berdebar-debar), angina, hingga penyempitan pembuluh arteri harus diwaspadai saat mengendarai kendaraan bermotor. Apabila terjadi komplikasi yang lebih parah misalnya serangan jantung maupun stroke, maka risiko terjadinya kecelakaan akan sangat tinggi.

Kondisi mental
Meski tidak sampai menyebabkan hilangnya kesadaran, beberapa gangguan mental dan kejiwaan juga membahayakan seseorang saat mengemudikan kendaraan bermotor. Misalnya stres, depresi, kesulitan untuk mengingat, gelisah dan kebingungan. Gangguan mental dan kejiwaan tersebut bisa bersifat sementara maupun permanen.

Kondisi khusus
Keselamatan berkendara juga bisa dipengaruhi oleh kondisi tertentu yang sifatnya sementara. Seseorang yang mengalami patah tulang atau berada di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan sebaiknya tidak mengendarai kendaraan bermotor hingga kondisi tersebut teratasi.
Wednesday, 25 January 2012

Minum Teh Bisa Membantu Menjaga Cairan Tubuh

teh

Selama ini masyarakat di negara Asia sudah terkenal gemar mengonsumsi teh. Kini kegemaran tersebut bisa diteruskan, karena diketahui bahwa teh juga bisa menjaga tubuh tetap terhidrasi.

"Jika seseorang suka minum teh, maka tak ada salahnya untuk memiliki kebiasaan ini. Karena secangkir teh bisa memberikan hidrasi bagi tubuh yang hampir sama dengan segelas air putih," ujar peneliti Dr Carrie Ruxton, seperti dikutip dari Dailymail, Kamis (17/6/2010).

Dalam penelitian ini, Dr Ruxton yang juga ahli gizi meminta 21 orang laki-laki untuk mengonsumsi teh selama 12 jam. Selain itu kelompok lainnya yang berjumlah sama diminta untuk mengonsumsi air putih hangat. Pada hari berikutnya, kelompok partisipan yang minum teh diberikan air putih dan sebaliknya. Selanjutnya diambil sampel darah dan urin dari setiap partisipan untuk dilakukan pengujian.

"Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa teori yang mengungkapkan minum teh bisa meningkatkan risiko dehidrasi pada seseorang karena mengandung kafein adalah tidak benar," ungkap Dr Ruxton.

Jika seseorang mengonsumsi teh secara normal, dalam arti tidak lebih dari empat cangkir teh sehari maka bisa memberikan kualitas yang sama baiknya dengan air putih dalam hal hidrasi.

"Selain itu, hasil penelitian ini juga menegaskan bahwa seseorang tidak akan buang air kecil lebih sering setelah minum teh. Serta bisa menjadi bagian penting untuk mempertahankan hidrasi," imbuhnya.

"Para peminum teh dapat diyakinkan bahwa secangkir teh favorit yang biasa dikonsumsi bisa menghitung asupan cairan tubuhnya tanpa menimbulkan efek risiko dehidrasi," ujar Dr Catherine Hood.

Ternyata manfaat dari teh tidak hanya untuk merehidrasi, tapi juga melindungi tubuh terhadap beberapa penyakit seperti jantung dan kanker. Para ahli percaya bahwa senyawa antioksidan flavonoid yang menjadi bahan utama teh bisa meningkatkan kesehatan.

Menghindari Sengatan Lebah yang Berakibat Fatal

lebah

Tak jarang orang disengat lebah ketika berada di dekat sarangnya. Untuk orang normal sengatan lebah mungkin bukan masalah besar. Namun, akan fatal akibatnya bagi orang yang memiliki alergi sengat lebah, reaksi sengatan bisa sangat parah bahkan dapat menyebabkan kematian. Bagaimana cara menghindari sengatan lebah?

Sengatan lebah yang berakibat fatal pernah terjadi di Yogyakarta pada November 2008. 12 warga Bantul terpaksa dilarikan ke rumah sakit gara-gara diserang lebah saat berjalan di tegalan sawah. Selain itu, satu korban meninggal karena sengatan lebah juga pernah dilaporkan dari Tasikmalaya, Jawa Barat, pada bulan Mei 2010 lalu.

Sengatan lebah biasanya akan menimbulkan reaksi normal seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri dan gatal di bagian tubuh yang disengat. Tapi alergi sengat lebah bisa memperparah reaksi tersebut, bahkan dapat menyebabkan kematian yang dipicu reaksi alergi.

Jika orang yang memiliki alergi sengat lebah disengat, maka reaksi gatal tidak terjadi di bagian tubuh yang disengat, melainkan akan 'lari' ke bagian tubuh lain.

Dilansir dari articlealley, Jumat (18/6/2010), alergi sengat lebah bisa menimbulkan gejala sebagai berikut:

  1. Merah dan gatal yang menyebar ke seluruh bagian tubuh

  2. Pembengkakan bibir, mulut dan tenggorokan

  3. Gatal, mata berair dan hidung meler


Alergi sengat lebah bisa berkembang menjadi anafilaksis (reaksi alergi akut) yang mengancam jiwa. Gejala anafilaksis meliputi:

  1. Tekanan darah menurun

  2. Sesak napas

  3. Kesulitan menelan

  4. Pusing

  5. Penyempitan pembuluh darah, yang bisa memicu serangan jantung


Pertolongan pertama bagi orang dengan alergi sengat lebah adalah memberinya epinefrin. Suntikan epinefrin dapat mencegah anafilaksis untuk sementara, dan setelah itu segera cari bantuan medis.

Namun, sebelum tersengat lebah sebaiknya lakukan pencegahan agar tubuh tidak menjadi sasaran sengat lebah, yaitu dengan cara:

  1. Jangan mengusik sarang lebah, karena lebah akan menyerang bila sarangnya terusik atau merasa terancam.

  2. Pilihlah pakaian berwarna muda dan hindari menggunakan pakaian berwarna cerah, karena hal itu akan menarik perhatian lebah.

  3. Lebah tertarik dengan wangi bunga, maka hindari menggunakan deodoran, cologne, parfum dengan wangi bunga ketika mengunjungi tempat-tempat rawan lebah, seperti taman bunga atau kebun.

  4. Hindari meninggalkan makanan di luar rumah dan jangan lupa menutup tempat sampah, karena lebah sangat tertarik dengan makanan.

Jalan Cepat vs Jogging, Mana Lebih Efektif?

Jogging

Selama ini olahraga jalan atau lari menjadi sangat populer karena dianggap sebagai olahraga yang paling murah dan tidak memerlukan peralatan khusus. Tapi kemudian olahraga tersebut berkembang menjadi jalan cepat dan jogging. Mana yang lebih efektif?

Beberapa penelitian modern telah mengkategorikan berjalan sebagai olahraga yang cocok dilakukan untuk semua kelompok usia, yang tidak memerlukan peralatan dan persyaratan khusus untuk melakukannya.

Namun, sekarang olahraga jalan cepat pun menjadi populer di berbagai negara termasuk Indonesia. Tapi meskipun olahraga jalan cepat hampir menyerupai lari atau lebih dikenal dengan istilah jogging, keduanya tetaplah berbeda.

Mana yang lebih baik?


Dilansir dari Buzzle, Sabtu (19/6/2010), jalan cepat bekerja lebih baik untuk orang dengan kelebihan berat badan (gemuk atau overweight). Hal ini karena olahraga jalan cepat dapat membantu mengurangi lemak otot di area dekat sendi. Di sisi lain, jogging atau berlari menerapkan banyak tekanan pada lutut, dan untuk jangka panjang tindakan ini sangat tidak efektif untuk orang gemuk.

Selain itu, intensitas jalan cepat yang lebih rendah dari jogging, menjadikan jalan cepat sebagai olahraga yang lebih cocok untuk segala usia, terutama orang usia lanjut. Intensitas jogging yang lebih cepat juga masih tidak menjadi pilihan bagi orang gemuk dan memiliki kondisi medis seperti sakit punggung atau penyakit lainnya.

Pembakaran kalori

Menurut ahli kebugaran, jalan cepat sedikit berbeda dari berjalan, karena jalan cepat digunakan untuk mengembangkan kecepatan atlet. Meskipun tidak perlu berlari, orang harus memastikan kecepatan tertentu yang merupakan faktor yang sangat penting pada olahraga jalan cepat. Kecepatan sekitar 4,5 km/jam dapat cukup membantu untuk membakar kalori.

Jumlah kalori yang terbakar pada saat jogging hampir sama dengan jalan cepat. Meskipun jalan cepat menggunakan lebih sedikit usaha atau daya tubuh ketimbang jogging, tapi jumlah kalori yang dibakar tetap sama. Jadi pada dasarnya, jalan cepat lebih efektif ketimbang jogging.

Tapi faktanya, orang memang lebih memilih olahraga yang membuatnya nyaman, entah jalan cepat, jogging, atau olahraga lainnya. Dan pada intinya, olahraga baik untuk menjaga kesehatan tubuh.